Yuari_Official Website

Ayo kawan, berbagi untuk negeri… ^_^

Dosa – Dosa Besar

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar yang kamu telah dilarang (melakukannya), niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu(dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu pada tempat yang mulia (surga).” (An-Nisa’: 31)

Syaikh Asy-sya’rawi mensitir pendapat Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ayat di atas adalah salah satu dari delapan ayat yang terdapat dalam surah An-Nisa’ yang menjadi pangkal kebaikan bagi umat ini sepanjang hari karena ayat tersebut memberikan rambu-rambu yang harus diperhatikan setiap muslim supaya mereka dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah swt dan selalu berpegang teguh pada manhaj Allah. Jika seandaninya manusia bisa selamat dan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah maka sikap inilah yang menjadi pangkal kebaikan bagi setiap manusia. Oleh karena itu sangatlah tepat jika Allah menjamin mereka akan dihapus kesalahan-kesalahannya (dosa-dosa kecilnya) dan akan dimasukkan di surga Allah swt.

Di samping ayat di atas, Allah Ta’ala berfirman,

“Dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar serta perbuatan­perbuatan keji, dan jika mereka marah, mereka memaafkan.” (As­Syura: 37).

Allah Ta’ala berfirman lagi,

“(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan­-perbuatan keji selain dari kesalahan-kesalahan kecil, sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya.” (An-Najm: 32).

Rasulullah saw bersabda,

“Shalat yang lima waktu dari Jum’at ke Jum’at lain, dan dari Ramadhan ke Ramadhan merupakan penghapus dosa-dosa selama dosa-dosa besar dijauhi. Dan bagi kita rincian dosa-dosa besar itu telah jelas, agar orang-orang Islam menjauhinya. “

Kata “ijtinab” bukan bermakna’tidak melakukan sesuatu (kemaksiatan)’, namun ia bermakna’tidak mendekatkan diri kepada faktor-faktor yang dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu perbuatan (kemaksiatan)’. Dengan berlaku seperti itu, seseorang muslim dapat membentengi dirinya dari godaan nafsu dan kemaksiatan.

Apa itu Dosa Besar (Al-Kabair)?

Kata al-kabaa’ir adalah bentuk plural dari kata kabiirah ‘ dosa besar’. Dan, jika ada kabiirah ‘ dosa besar’ berarti ada shagiirah ‘ dosa keci1’ dan ashgar’ dosa paling kecil’. Dosa yang lebih rendah dari kabiirah ‘ dosa besar’ tidak semata shagiirah ‘ dosa keci1’ saja, namun juga termasuk dosa yang lebih kecil dari dosa keci1 itu, yaitu al-lamam kelalain dan kekhilafan’.

Allah SWT berfirman,

‘Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil).

“As-sayyi’aat’dosa-dosa keci1′ “berkaitan dengan pelanggaran terhadap hal-hal yang ringan atau yang paling ringan. Namun tentang hal ini, para u1ama memberikan catatan penting, yakni hal itu tidak berarti Allah SWT membolehkanmanusia untuk melakukan dosa-dosa keci1itu, selama mereka menjauhkan diri dari dosa besar. Karena, perbuatan dosa keci1 yang dilakukan secara terus-menerus dan dengan kesengajaan, juga termasuk bagian dari dosa besar. Oleh karena itu, jangan engkau lakukan perbuatan dosa keci1 karena Allah SWT hanya menghapuskan dosa kecil yang dilakukan dengan tidak sengaja atau karena kekhilafan. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman,

“Sesungguhnya, tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian merekabertobat dengan segera..“ (QS, 4:17)

Para ulama berbeda pendapat tentang dosa besar dan apa saja yang dikategorikan sebagai dosa besar. Namun mereka menyepakati bahwa dosa besar itu harus dijauhi.

Di antara mereka ada yang mengatakan tujuh. Dalil yang me­nguatkan pendapat ini adalah sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

‘Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan.” Ditanyakan kepada beliau, ‘Apa saja ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Syirik terhadap Allah, sihir, membunuh jiwa (manusia) yang dilarang Allah selain dengan dasar yang dibenarkan (oleh agama), memakan harta anak yatim, memakan riba, berpaling mundur di saat perang, dan menuduh zina terhadap wanita-wanita terhormat; mereka tidak tahu­menahu dan mereka wanita-wanita beriman.” (Muttafaq Alaihi).

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, “Dosa-dosa besar itu tujuh puluh, jumlah ini mendekati kebenaran daripada tujuh. “

Hadits di atas bukannya membatasi dosa-dosa besar dengan jumlah tujuh, sebenamya pengertiannya adalah bahwa barangsiapa melakukan biang dosa-dosa ini, di mana pada dosa-dosa tersebut terdapat hukuman hudud di dunia; sebagaimana membunuh, zina, dan mencuri. Atau ter­ancaman berupa siksaan dan murka di akhirat. Atau pelakunya mendapatkan laknat melalui lisan Nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam. Dan itu semua merupakan kabair (dosa-dosa besar).

Dari Sa’id bin Jubair bahwa seseorang berkata kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, “Dosa-dosa besar itu ada tujuh.” Ibnu Abbas berkata “Dosa-dosa besor itu ada tujuh ratus, jum/ah ini lebih mendekati kebenaran dari pada tujuh. ” Para ulama lantas menghitungnya dan ternyata jumlahnya mencapai tujuh puluh bahkan lebih banyak lagi.

Mestinya disepakati pula bahwa sebagian dosa besar ada yang lebih besar dari yang lain, bukankah Anda melihat bahwa Nabi saw mengkategorikan syirik kepada Allah termasuk dosa besdsar? Padahal pelakunya jelas kekal di dalam neraka dan tidak akan pernah diampuni selama-Iamanya? Allah Ta’ala berfirman,

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni jika Dia disekutukan dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa saja yang dikehendaki­..” (An-Nisa’: 48).

Pentahqiq kitab Al-Kabair karangan Syaikh Adz-Dzahabi memberikan rincian seputar kabair (dosa-dosa besar) , ia adalah semua jenis kemaksiatan yang padanya berlaku hukum hudud di dunia atau ancarnan di akhirat. Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah menambahkan, bahwa yang dimaksud dengan ancaman adalah ditia­dakkannya keimanan, terdapat laknat baginya, dan lain-lain, yang benar adalah dibedakannya dosa-dosa menjadi dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil. Dalam dosa-dosa besar terdapat keterpautan kadarya satu sama lain. Ibnu Abdussalam Asy-Syafi’i mengatakan bahwa tidak ada patokan untuk menentukan hakikat dosa-dosa besar. Sementara patokan yang dikatakan oleh Syaikhul Islam dan lainnya, yang di antaranya ada hu­kum hudud, ancaman, laknat, pelepasan diri, dan tiadanya keimanan adalah patokan paling relevan.

Macam-macam Dosa – Dosa Besar

 

Seorang ulama’ Ahlul Bait Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad Shadiq merinci dasa-dosa besar sebagai berikut:

Pertama syirik kepada Allah swt. Tentang hal ini Allah swt berfirman,

‘Sesungguhnya, A/lah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dike­ hendaki-Nya

(an Nisaa’:4S)

‘… Sesungguhnya, orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)

Allah, maka pasti A//ah mengharamkan kepadanya surga ‘ (al-Maa’idah:72)”

Kedua adalah ber­putus asa dari mendapatkan rahmat Allah swt. Allah swt berfirman mengenai hal ini

‘… Sesungguhnya, tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. ‘ (Yusuf: 87)”

Ketiga adalah merasa aman dari ancaman Allah swr. Allah swt berfirman tentang hal ini,

‘… Tiadalah yang merasa aman dari azab A/lah kecua/i orang-orang yang merugi. ‘(al-A’raaf: 99)

Keempat adalah berbuat durhaka kepada kedua orang tua. Karena,Allah swr menyifati orang yang berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya sebagai orang yang jabbaar syaqiy ‘orang yang sombong lagi celaka’. Tentang hal ini Allah swt berfirrnan,

‘Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. ‘(Maryam: 32)

Dosa besar yang kelima adalah membunuh. Tentang hal ini Allah swt berfirman,

‘Dan, barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,

maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di dalamnya…….. ‘(an-Nisaa’:

93)

Dosa besar yang keenam adalah menuduh wanita baik-baik berbuat zina. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,

‘Sesunggubnya, orang-orangyang menudub wanita-wanita yang baik-­baik, yang lengab lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akbirat, dan bagi mereka azab yang besar.’ (an-Nuur: 23)

Dosa besar ketujuh adalah memakan riba. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,

“Orang-orangyang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri mela­inkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila ‘(al-Baqarah: 275)

Dosa besar kedelapan adalah lari dari medan pertempuran. Maksudnya, saat kaum muslimin diserang oleh musuh mereka, dan kaum muslimin maju mempertahankan diri dari serangan musuh itu, kemudian ada seorang muslim yang melarikan diri dari pertempuran itu. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,

‘Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau bendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesunggubnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allab, dan tempatnya ialah neraka jabannam. Dan, amat buruklab tempat kembalinya. ‘(al-Anfaal: 16)

Dosa besar kesembilan adalah memakan harta anak yatim. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,

‘Sesunggubnya, orang-orangyang memakan barta anakyatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenub perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). ‘(an-Nisaa ‘: 10)

Dosa besar kesepuluh adalah berbuat zina. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,

Barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya, (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada bari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu… ‘(al-Furqaan: 68-69)

Tentang menyembunyikan persaksian, adalah seperti difirmannkan oleh Allah SWT,

Dan janganlab kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan, barangsiapa yang menyembunyikannya maka sesunggubnya ia ada­lab orang yang berdosa batinya

(al-Baqarah: 283)

Dosa besar kesebelas adalah sumpah palsu, yaitu jika seseorang ber­sumpah untuk melakukan sesuatu perbuatan, namun ternyata ia tidak mela­kukan perbuatan itu. Atau, ia bersumpah tidak akan me1akukan sesuatu perbuatan, namun nyatanya ia kemudian me1akukan perbuatan itu. Tentang ha.l ini Allah SWT berfirman,

‘Sesungguhnya, orang-orang yang menukar janji( nya ckngan) Allah dan sumpah-sumpah mereka ckngan harga yang sedikit, mereka itu tidak rnendapat bagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada han kiamat dan tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yangpedih. (Ali Imran: 77)

Dosa besar kedua belas adalah berbuat khianat (curang) atas harta ram­pasan perang. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,

“Barangsiapa yang berkhianat (curang) clalam urusan rampasan perang itu, maka pada han kiamat ia akan clatang membawa apa yang dikhianatkannya itu

‘(Ali Imran: 161)

Dosa besar ketigabelas adalah meminum khamar (minuman keras). Tentang hal ini Allah SWT berfinnan,

Sesungguhnya (meminum) khamar, ber1judi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan Maka,jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu men­dapat keberuntungan (al-Maa ‘idah: 90)

Dosa besar keempat belas adalah meninggalkan shalat. Tentang hal ini Al­lah SWT berfirman,

‘Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?’ Mereka menjawab, ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. ‘(al-Muddatstsir: 42-43)

Dosa besar kelima belas adalah melanggar perjanjian dan memutuskan tali silaturahmi. Karena, tali silaturahmi adalah salah satu ikatan yang dipe­rintahkan oleh Allah SWT untuk disambung. Tentang hal iniAllah SWT ber­firman,

(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah per­janjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkanAllah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. ‘(al-Baqarah: 27)”

Dengan demikian, semua perbuatan dosa tadi adalah bagian dari dosa besar, sesuai dengan keterangan nash Al-Qur’an. Dan, masing-masing dosa besar tadi mengandung hikmah, seperti yang diungkapkan oleh Ja’far Shadiq Saat ia ditanya oleh Ibnu Ubaid tentang apa itu dosa besar, Ja’farShadiq dengan percaya diri menjawabnya dengan urutan seperti tadi. Penyebutan urutan tadi pun diungkapkannya dengan tanpa perlu berpikir lama, yang menunjukkan bahwa masa1ah ini te1ah tertanam dalam otaknya, apalagi jika disadari bahwa ayat-ayat itu terdapat secara acak dalam pelbagai surah dalam A Qur’an. Sehingga, untukmenyebutkannya ia harus mengutip dan mengtip dan mengumpulkannya dari sana-sini. Hal ini juga menunjukkan bahwa ia benar-bena te1ah mendalami rahasia-rahasia kandungan Al-Qur’ an.

Referensi:

Asy-Sya’rawi, Dosa-Dosa Besar, 2000, Gema Insani Press

Adz-Dzahabi, Al-Kabair, 2002, Darul Falah

21 Januari 2008 - Posted by | Tarbiyah Islamiyah

1 Komentar »

  1. Trimakasih artikelnya.. Mohon izin copy buat tugas kuliah.. kunjungu juga blogku projectofjava.wordpress.com

    Komentar oleh ulinnuha | 26 Maret 2010


Tinggalkan komentar